Minggu, 21 Juli 2013

TAKWA
Takwa menurut saya sangat penting dan dibutuhkan dalam setiap kehidupan seorang muslim. Namun masih banyak yang belum mengetahui hakekatnya. Setiap jum’at para khotib menyerukan takwa dan para makmum pun mendengarnya berulang-ulang kali. Namun yang mereka dengar terkadang tidak difahami dengan benar dan pas.
Takwa merupakan ikatan yang mengikat jiwa agar tidak lepas control mengikuti keinginan dan hawa nafsunya. Dengan ketakwaan seseorang dapat menjaga dan mengontrol etika dan budi pekertinya dalam detiap saat kehidupannya karena ketakwaan pada hakekatnya adalah muroqabah dan berusaha keras mencapai keridhoan Allah serta takut dari adzabNya.Sangat pas sekali definisi para ulama yang menyatakan ketakwaan seorang hamba kepada Allah adalah dengan menjadikan benteng perlindungan diantara dia dengan yang ditakuti dari kemurkaan dan kemarahan Allah dengan melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan.Berikut ini beberapa ungkapan para ulama salaf dalam menjelaskan pengertian takwa:
1.  Kholifah yang mulia Umar bin Al Khothob pernah bertanya kepada Ubai bin Ka’ab tentang takwa. Ubai bertanya: Wahai amirul mukminin, Apakah engkau pernah melewati jalanan penuh duri? Beliau menjawab: Ya. Ubai berkata lagi: Apa yang engkau lakukan? Umar menjawab: Saya teliti dengan seksama dan saya lihat tempat berpijak kedua telapak kakiku. Saya majukan satu kaki dan mundurkan yang lainnya khawatir terkena duri. Ubai menyatakan: Itulah takwa.
2.  Kholifah Umar bin Al Khothob pernah berkata: Tidak sampai seorang hamba kepada hakekat takwa hingga meninggalkan keraguan yang ada dihatinya.
3.  Kholifah Ali bin Abi Tholib pernah ditanya tentang takwa, lalu beliau menjawab: Takut kepada Allah, beramal dengan wahyu (Al Qur’an dan Sunnah) dan ridho dengan sedikit serta bersiap-siap untuk menhadapi hari kiamat.
4.  Sahabat Ibnu Abas menyatakan: Orang yang bertakwa adalah orang yang takut dari Allah dan siksaanNya.
5.  Tholq bin Habib berkata: takwa adalah beramal ketaatan kepada Allah diatas cahaya dari Allah karena mengharap pahalaNya dan meninggalkan kemaksiatan diatas cahaya dari Allah karena takut siksaanNya
6.  ibnu Mas’ud menafsirkan firman Allah:  اتَّقُواْ اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ dengan menyatakan: Taat tanpa bermaksiat dan ingat Allah tanpa melupakannya dan bersyukur.Takwa ada dikalbu.Takwa adalah amalan hati (kalbu) dan tempatnya di kalbu, dengan dasar firman Allah Ta’ala:Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati. (QS. 22:32) . dalam ayat ini takwa di sandarkan kepada hati, karena hakekat takwa ada dihati. Demikian juga firman Allah:Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertaqwa. (QS. 49:3)
Sedangkan dalil dari hadits Nabi n tentang hal ini adalah sabda beliau: التَّقْوَى هَهُنَا التَّقْوَى هَهُنَا التَّقْوَى هَهُنَا ويُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ [ثَلاَثَ مَرَّاتٍ] بِحَسْبِ امْرِىءٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ كُلُّ اْلمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُّهُ وَعِرْضُهُ Takwa itu disini! Takwa itu disini! Takwa itu disini! –dan beliau mengisyaratkan ke dadanya (Tiga kali). Cukuplah bagi seorang telah berbuat jelek dengan merendahkan saudara muslimnya. Setiap muslim diharamkan atas muslim lainnya dalam darah, kehormatan dan hartanya. (HR Al Bukhori dan Muslim ). Juga hadits Qudsi yang masyhur dan panjang dari sahabat Abu Dzar. Diantara isinya adalah:يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئًا Wahai hambaKu, seandainya seluruh kalian yang terdahulu dan yang akan datang, manusia dan jin seluruhnya berada pada ketakwaan hati seorang dari kalian tentulah tidak menambah hal itu sedikitpun dari kekuasaanKu. (HR Muslim)Dalam hadits ini ketakwaan disandarkan kepada tempatnya yaitu kalbu. Namun walaupun ketakwaan adalah amalan hati dan adanya dihati, tetap saja harus dibuktikan dan dinyatakan dengan amalan anggota tubuh. Siapa yang mengklaim bertakwa sedangkan amalannya menyelisihi perkataannya maka ia telah berdusta.Ketakwaan ini berbeda-beda sesuai kemampuan yang dimiliki setiap individu, sebagaimana firman Allah :فاتّقوا اللّهَ ما استَطَعتُمBertakwalah kepada Allah semampu kalian.Mudah-mudahan Allah memberikan kepada kita ketakwaan yang sempurna. 

A.    Pengertian Taqwa
Secara etimologis , kata “taqwa” berasal dari bahasa arab taqwa. Kata taqwa memiliki kata dasar waqa yang berarti menjaga, melindungi, hati-hati, waspada, memerhatiakn, dan menjauhi. Adapun secara terminologis, kata “taqwa” berarti menjalankan apa yang diperintahankan oleh Allah dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya.
Para penerjemah Al-Qur’an mengartikan “taqwa” sebagai kepatuhan, kesalihan, kelurusan, perilaku baik, teguh melawan kejahatan, dan takut kepada Tuhan.Allah swt berfirman:
(Q.S.Ali Imran [3]:102)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAVWdErk8tZVqxJhJOJAOQU8k-W6v7OsWoN-448wjzzGz7c5g9k2RTvAmye95IW05ckrvv_iUOPOFClrabT2v2VW-TPh641K1I0_ZbL_Txc6mJP1YuUcD0oe94VRiQm0X9rC8V-NUUj2E/s400/WAW.png
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.

B.     Makna Taqwa
Dalam Al-Quran hanya terdapat satu ayat yang secara eksplisit menyebut kata haqiq (haqiqat), tapi ada 227 ayat yang tafsirnya lain, akan tetapi memiliki hakikat yang sama dengan hakikat. Diantaranya :
1.      “Wahai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa kepada-Nya; dan jangan sekali-kali kamu mati, melainkan dalam keadaan beragama islam” (Q.S. Ali Imran 102).
2.      “Apa yang telah kami ciptakan itulah yang benar, yang datang dari tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang yang ragu-ragu” (Q.S. 3:60).
3.      “Sesungguhnya manusia betul-betul berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, dan saling menasehati tentang haq (kebenaran) dan kesabaran”. (Q.S. Al-‘Ashri : 1-3).

Mayoritas ulama tafsir berpendapat, ayat pertama di atas mansukh (dihapus), atau tabdil (hukumnya diubah) dengan ayat “fattaqullah mastatha’tum” (bertaqwalah kepada Allah sesuai kesanggupanmu) (Q.S. Al-Taghabun: 16).
Pada mulanya, ketika ayat di atas (hakikat taqwa) turun, banyak diantara para sahabat yang gelisah, karena hakikat berarti taat yang terus menerus, tidak pernah mendurhakai, syukur secara terus menerus dan tidak pernah mengingkari, mengingat terus dan tidak pernah melupakan-Nya. Kemudian sahabat itu berkata, tidak mungkin seorang hamba mampu bertaqwa dengan sebenar-benarnya taqwa (hakikatnya) sesuai bunyi ayat di atas.

C.    Tiga Tingkatan Pribadi Muslim

1.      Disebut Islam (Muslim), yaitu baru tingkat penyerahan diri kepada Tuhan. Misalnya sholat, maka ia akan melakukan dalam kondisi yang formal dan tidak membantah.
2.      Disebut Iman (Mukmin), yaitu apabila yang dilakukan dan diucapkan tergurat sampai kedalam hati dan tidak puas, karena baru sebatas menjalankan rukun islam.
3.      Disebut Ihsan (Muhsin), tingkatan ini adalah tingkatan kepastian dan kesadaran batin, yaitu dalam menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya. (H.R. Muslim).

Dari tiga tahap tersebut, maka tahapan ketigalah yang tertinggi, karena telah terbuka kesadarannya (tabir ma’rifat). Selanjutnya menjadikan dirinya sebagai batas tertinggi dalam merealisasikan perintah pada awal waktu, dan terpelihara dari segala yang dilarang (termasuk makruh sekalipun). Jadi, seorang muslim yang berlatih meningkatkan kadar keislamannya dri tahap ke tahap, maka ia termasuk yang berlayar di atas perahu ke tingkat taqwa. Artinya mukmin yang tidak pernah naik ke kelas yang lebih tinggi, ialah kelompok yang hanya melaksanakan sebagian perintah, ala kadarnya dan selalu dipenghujung waktu. Kelompok seperti inilah yang masih jauh dari hakikat taqwa.

D.    Ciri-Ciri Orang Bertaqwa
Dalam Al-Quran banyak disebutkan ciri-ciri orang yang bertaqwa. Ciri utama orang yang bertaqwa ialah, “yaitu orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik diwaktu lapang maupun sempit, orang-orang yang menahan amarahnya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain, Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (Q.S. Ali Imran: 134).
            Ayat di atas menyatakan orang yang bertaqwa dan mulia, minimal mempunyai lima syarat:
1.      Bersadaqah dalam kondisi apapun yang dialami, baik lapang ataupun sempit, merugi atau beruntung.
2.      Siap menahan amarahnya. Yakni, hamper-hampir tidak pernah marah dan kalu terpaksa marah cepat sekali berhenti.
3.      Memaafkan kesalahan orang adalah baik, tapi tidaklah sempurna tanpa disertai memperlihatkan kebaikan, misalnya dengan mencarikan solusi.
4.      Sesudah memperlihatkan kebaikan dan mencarikan solusi, tidaklah sempurna tanpa mencintainya. Yakni berubah mencintainya, sekalipun pernah bermusuhan.
5.      Mencintainya tidaklah sempurna, tanpa memperlakukan seperti mencintai dirinya sendiri. Artinya, cinta yang diperlihatkan cinta sejati. Dan itulah yang dapat mencabut total akar permusuhan.

E.     Hati Yang Bersih Sebagai Penyempurna Taqwa
Begitu banyak orang yang melakukan sholat, puasa, zakat, haji, dan ibadah yang lain, tetapi kenyataannya mereka masih saja melakukan hal-hal tercela,seperti menghian orang orang lain, menggunjing, dan memfitnah. Anehnya, mereka seakan-akan tidak merasa berdosa dengan melakukan hal itu. Kenapa bisa terjadi seperti itu?
Orang yang bertaqwa tidak otomatis terbebas dari kesalahan dan dosa , apalagi orang yang hanya bertaqwa secara lisan . Taqwa yang sebenarnya ada dalam hati dan tindakan,bukan dalam lisan dan penampilan .Orang yang memakai peci, sorban, sarung, atau jilbab, belum tentu hatinya benar-benar bertaqwa kepada Allah.
§   Apa yang harus kita lakukan agar menjadi orang yang benar-benar bertaqwa kepada Allah?
Modal Utama yang harus kita miliki adalah ilmu. Sebab dengan ilmu kita dapat mengetahui dan memahami segala perintah Allah dan laranagan-Nya.
§   Bagaimana kita dapat melaksanakan perintah Allah, sementara kita tidak mengetahui apa saja yang diperintahkannya?
Karena itulah mencari ilmu sangat dianjurkan, bahkan diwajibkan dalam Islam. Dengan ilmu, kita bisa mengetahui apa yang wajib kita kerjakan dan yang wajib kita tinggalkan.Ibadah yang dilakukan tanpa ilmu takkan berarti apa-apa.

F.     Salah Satu Bentuk Taqwa
Sesungguhnya kenikmatan Allah kepada kita sangat banyak. Oleh karena itu, kita wajib bersyukur dengan sebenar-benarnya atas semua kenikmatan itu. Yaitu bersyukur dengan hati, lisan dan anggota badan. Bersyukur dengan hati, yaitu dengan mengakui bahwa kenikmatan itu datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bersyukur dengan lisan, yaitu dengan memuji Allah dan menyebut-nyebut kenikmatan tersebut, jika tidak dikhawatirkan hasad.  Dan bersyukur dengan anggota badan, yaitu menggunakan anggota badan kita ini untuk taat kepada-Nya, dengan bertakwa kepada-Nya secara sebenar-benarnya. Takwa ini merupakan perintah Allah kepada seluruh manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya, kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (Q.s. an Nisaa`: 1).
Keutamaan takwa sangat sering kita dengar, antara lain firman Allah:

Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. (Q.s. ath Thalaq: 2).
Juga firman-Nya:

Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (Q.s. ath Thalaq: 4).
Dan firman-Nya,

Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menutupi kesalahan-kesalahannya, dan akan melipatgandakan pahala baginya. (Q.s. ath Thalaq: 5).


Kesimpulan

Ketaqwaan bermakna luas. Hal ini dapat diketahui dari definisi para ulama yang menerangkan bahwa ketakwaan ialah upaya seorang hamba membuat pelindung antara dirinya dengan sesuatu yang ia takuti. Dengan begitu, seorang hamba yang ingin bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla, berarti ia ingin membangun pelindung antara dirinya dari Allah Azza wa Jalla yang ia takuti kemarahan dan kemurkaan-Nya, dengan melaksanakan amal ketaatan dan menjauhi larangan-Nya.


TAKWA
Takwa menurut saya sangat penting dan dibutuhkan dalam setiap kehidupan seorang muslim. Namun masih banyak yang belum mengetahui hakekatnya. Setiap jum’at para khotib menyerukan takwa dan para makmum pun mendengarnya berulang-ulang kali. Namun yang mereka dengar terkadang tidak difahami dengan benar dan pas.
Takwa merupakan ikatan yang mengikat jiwa agar tidak lepas control mengikuti keinginan dan hawa nafsunya. Dengan ketakwaan seseorang dapat menjaga dan mengontrol etika dan budi pekertinya dalam detiap saat kehidupannya karena ketakwaan pada hakekatnya adalah muroqabah dan berusaha keras mencapai keridhoan Allah serta takut dari adzabNya.Sangat pas sekali definisi para ulama yang menyatakan ketakwaan seorang hamba kepada Allah adalah dengan menjadikan benteng perlindungan diantara dia dengan yang ditakuti dari kemurkaan dan kemarahan Allah dengan melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan.Berikut ini beberapa ungkapan para ulama salaf dalam menjelaskan pengertian takwa:
1.  Kholifah yang mulia Umar bin Al Khothob pernah bertanya kepada Ubai bin Ka’ab tentang takwa. Ubai bertanya: Wahai amirul mukminin, Apakah engkau pernah melewati jalanan penuh duri? Beliau menjawab: Ya. Ubai berkata lagi: Apa yang engkau lakukan? Umar menjawab: Saya teliti dengan seksama dan saya lihat tempat berpijak kedua telapak kakiku. Saya majukan satu kaki dan mundurkan yang lainnya khawatir terkena duri. Ubai menyatakan: Itulah takwa.
2.  Kholifah Umar bin Al Khothob pernah berkata: Tidak sampai seorang hamba kepada hakekat takwa hingga meninggalkan keraguan yang ada dihatinya.
3.  Kholifah Ali bin Abi Tholib pernah ditanya tentang takwa, lalu beliau menjawab: Takut kepada Allah, beramal dengan wahyu (Al Qur’an dan Sunnah) dan ridho dengan sedikit serta bersiap-siap untuk menhadapi hari kiamat.
4.  Sahabat Ibnu Abas menyatakan: Orang yang bertakwa adalah orang yang takut dari Allah dan siksaanNya.
5.  Tholq bin Habib berkata: takwa adalah beramal ketaatan kepada Allah diatas cahaya dari Allah karena mengharap pahalaNya dan meninggalkan kemaksiatan diatas cahaya dari Allah karena takut siksaanNya
6.  ibnu Mas’ud menafsirkan firman Allah:  اتَّقُواْ اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ dengan menyatakan: Taat tanpa bermaksiat dan ingat Allah tanpa melupakannya dan bersyukur.Takwa ada dikalbu.Takwa adalah amalan hati (kalbu) dan tempatnya di kalbu, dengan dasar firman Allah Ta’ala:Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati. (QS. 22:32) . dalam ayat ini takwa di sandarkan kepada hati, karena hakekat takwa ada dihati. Demikian juga firman Allah:Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertaqwa. (QS. 49:3)
Sedangkan dalil dari hadits Nabi n tentang hal ini adalah sabda beliau: التَّقْوَى هَهُنَا التَّقْوَى هَهُنَا التَّقْوَى هَهُنَا ويُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ [ثَلاَثَ مَرَّاتٍ] بِحَسْبِ امْرِىءٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ كُلُّ اْلمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُّهُ وَعِرْضُهُ Takwa itu disini! Takwa itu disini! Takwa itu disini! –dan beliau mengisyaratkan ke dadanya (Tiga kali). Cukuplah bagi seorang telah berbuat jelek dengan merendahkan saudara muslimnya. Setiap muslim diharamkan atas muslim lainnya dalam darah, kehormatan dan hartanya. (HR Al Bukhori dan Muslim ). Juga hadits Qudsi yang masyhur dan panjang dari sahabat Abu Dzar. Diantara isinya adalah:يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئًا Wahai hambaKu, seandainya seluruh kalian yang terdahulu dan yang akan datang, manusia dan jin seluruhnya berada pada ketakwaan hati seorang dari kalian tentulah tidak menambah hal itu sedikitpun dari kekuasaanKu. (HR Muslim)Dalam hadits ini ketakwaan disandarkan kepada tempatnya yaitu kalbu. Namun walaupun ketakwaan adalah amalan hati dan adanya dihati, tetap saja harus dibuktikan dan dinyatakan dengan amalan anggota tubuh. Siapa yang mengklaim bertakwa sedangkan amalannya menyelisihi perkataannya maka ia telah berdusta.Ketakwaan ini berbeda-beda sesuai kemampuan yang dimiliki setiap individu, sebagaimana firman Allah :فاتّقوا اللّهَ ما استَطَعتُمBertakwalah kepada Allah semampu kalian.Mudah-mudahan Allah memberikan kepada kita ketakwaan yang sempurna. 

A.    Pengertian Taqwa
Secara etimologis , kata “taqwa” berasal dari bahasa arab taqwa. Kata taqwa memiliki kata dasar waqa yang berarti menjaga, melindungi, hati-hati, waspada, memerhatiakn, dan menjauhi. Adapun secara terminologis, kata “taqwa” berarti menjalankan apa yang diperintahankan oleh Allah dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya.
Para penerjemah Al-Qur’an mengartikan “taqwa” sebagai kepatuhan, kesalihan, kelurusan, perilaku baik, teguh melawan kejahatan, dan takut kepada Tuhan.Allah swt berfirman:
(Q.S.Ali Imran [3]:102)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAVWdErk8tZVqxJhJOJAOQU8k-W6v7OsWoN-448wjzzGz7c5g9k2RTvAmye95IW05ckrvv_iUOPOFClrabT2v2VW-TPh641K1I0_ZbL_Txc6mJP1YuUcD0oe94VRiQm0X9rC8V-NUUj2E/s400/WAW.png
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.

B.     Makna Taqwa
Dalam Al-Quran hanya terdapat satu ayat yang secara eksplisit menyebut kata haqiq (haqiqat), tapi ada 227 ayat yang tafsirnya lain, akan tetapi memiliki hakikat yang sama dengan hakikat. Diantaranya :
1.      “Wahai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa kepada-Nya; dan jangan sekali-kali kamu mati, melainkan dalam keadaan beragama islam” (Q.S. Ali Imran 102).
2.      “Apa yang telah kami ciptakan itulah yang benar, yang datang dari tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang yang ragu-ragu” (Q.S. 3:60).
3.      “Sesungguhnya manusia betul-betul berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, dan saling menasehati tentang haq (kebenaran) dan kesabaran”. (Q.S. Al-‘Ashri : 1-3).

Mayoritas ulama tafsir berpendapat, ayat pertama di atas mansukh (dihapus), atau tabdil (hukumnya diubah) dengan ayat “fattaqullah mastatha’tum” (bertaqwalah kepada Allah sesuai kesanggupanmu) (Q.S. Al-Taghabun: 16).
Pada mulanya, ketika ayat di atas (hakikat taqwa) turun, banyak diantara para sahabat yang gelisah, karena hakikat berarti taat yang terus menerus, tidak pernah mendurhakai, syukur secara terus menerus dan tidak pernah mengingkari, mengingat terus dan tidak pernah melupakan-Nya. Kemudian sahabat itu berkata, tidak mungkin seorang hamba mampu bertaqwa dengan sebenar-benarnya taqwa (hakikatnya) sesuai bunyi ayat di atas.

C.    Tiga Tingkatan Pribadi Muslim

1.      Disebut Islam (Muslim), yaitu baru tingkat penyerahan diri kepada Tuhan. Misalnya sholat, maka ia akan melakukan dalam kondisi yang formal dan tidak membantah.
2.      Disebut Iman (Mukmin), yaitu apabila yang dilakukan dan diucapkan tergurat sampai kedalam hati dan tidak puas, karena baru sebatas menjalankan rukun islam.
3.      Disebut Ihsan (Muhsin), tingkatan ini adalah tingkatan kepastian dan kesadaran batin, yaitu dalam menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya. (H.R. Muslim).

Dari tiga tahap tersebut, maka tahapan ketigalah yang tertinggi, karena telah terbuka kesadarannya (tabir ma’rifat). Selanjutnya menjadikan dirinya sebagai batas tertinggi dalam merealisasikan perintah pada awal waktu, dan terpelihara dari segala yang dilarang (termasuk makruh sekalipun). Jadi, seorang muslim yang berlatih meningkatkan kadar keislamannya dri tahap ke tahap, maka ia termasuk yang berlayar di atas perahu ke tingkat taqwa. Artinya mukmin yang tidak pernah naik ke kelas yang lebih tinggi, ialah kelompok yang hanya melaksanakan sebagian perintah, ala kadarnya dan selalu dipenghujung waktu. Kelompok seperti inilah yang masih jauh dari hakikat taqwa.

D.    Ciri-Ciri Orang Bertaqwa
Dalam Al-Quran banyak disebutkan ciri-ciri orang yang bertaqwa. Ciri utama orang yang bertaqwa ialah, “yaitu orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik diwaktu lapang maupun sempit, orang-orang yang menahan amarahnya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain, Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (Q.S. Ali Imran: 134).
            Ayat di atas menyatakan orang yang bertaqwa dan mulia, minimal mempunyai lima syarat:
1.      Bersadaqah dalam kondisi apapun yang dialami, baik lapang ataupun sempit, merugi atau beruntung.
2.      Siap menahan amarahnya. Yakni, hamper-hampir tidak pernah marah dan kalu terpaksa marah cepat sekali berhenti.
3.      Memaafkan kesalahan orang adalah baik, tapi tidaklah sempurna tanpa disertai memperlihatkan kebaikan, misalnya dengan mencarikan solusi.
4.      Sesudah memperlihatkan kebaikan dan mencarikan solusi, tidaklah sempurna tanpa mencintainya. Yakni berubah mencintainya, sekalipun pernah bermusuhan.
5.      Mencintainya tidaklah sempurna, tanpa memperlakukan seperti mencintai dirinya sendiri. Artinya, cinta yang diperlihatkan cinta sejati. Dan itulah yang dapat mencabut total akar permusuhan.

E.     Hati Yang Bersih Sebagai Penyempurna Taqwa
Begitu banyak orang yang melakukan sholat, puasa, zakat, haji, dan ibadah yang lain, tetapi kenyataannya mereka masih saja melakukan hal-hal tercela,seperti menghian orang orang lain, menggunjing, dan memfitnah. Anehnya, mereka seakan-akan tidak merasa berdosa dengan melakukan hal itu. Kenapa bisa terjadi seperti itu?
Orang yang bertaqwa tidak otomatis terbebas dari kesalahan dan dosa , apalagi orang yang hanya bertaqwa secara lisan . Taqwa yang sebenarnya ada dalam hati dan tindakan,bukan dalam lisan dan penampilan .Orang yang memakai peci, sorban, sarung, atau jilbab, belum tentu hatinya benar-benar bertaqwa kepada Allah.
§   Apa yang harus kita lakukan agar menjadi orang yang benar-benar bertaqwa kepada Allah?
Modal Utama yang harus kita miliki adalah ilmu. Sebab dengan ilmu kita dapat mengetahui dan memahami segala perintah Allah dan laranagan-Nya.
§   Bagaimana kita dapat melaksanakan perintah Allah, sementara kita tidak mengetahui apa saja yang diperintahkannya?
Karena itulah mencari ilmu sangat dianjurkan, bahkan diwajibkan dalam Islam. Dengan ilmu, kita bisa mengetahui apa yang wajib kita kerjakan dan yang wajib kita tinggalkan.Ibadah yang dilakukan tanpa ilmu takkan berarti apa-apa.

F.     Salah Satu Bentuk Taqwa
Sesungguhnya kenikmatan Allah kepada kita sangat banyak. Oleh karena itu, kita wajib bersyukur dengan sebenar-benarnya atas semua kenikmatan itu. Yaitu bersyukur dengan hati, lisan dan anggota badan. Bersyukur dengan hati, yaitu dengan mengakui bahwa kenikmatan itu datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bersyukur dengan lisan, yaitu dengan memuji Allah dan menyebut-nyebut kenikmatan tersebut, jika tidak dikhawatirkan hasad.  Dan bersyukur dengan anggota badan, yaitu menggunakan anggota badan kita ini untuk taat kepada-Nya, dengan bertakwa kepada-Nya secara sebenar-benarnya. Takwa ini merupakan perintah Allah kepada seluruh manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya, kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (Q.s. an Nisaa`: 1).
Keutamaan takwa sangat sering kita dengar, antara lain firman Allah:

Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. (Q.s. ath Thalaq: 2).
Juga firman-Nya:

Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (Q.s. ath Thalaq: 4).
Dan firman-Nya,

Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menutupi kesalahan-kesalahannya, dan akan melipatgandakan pahala baginya. (Q.s. ath Thalaq: 5).


Kesimpulan

Ketaqwaan bermakna luas. Hal ini dapat diketahui dari definisi para ulama yang menerangkan bahwa ketakwaan ialah upaya seorang hamba membuat pelindung antara dirinya dengan sesuatu yang ia takuti. Dengan begitu, seorang hamba yang ingin bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla, berarti ia ingin membangun pelindung antara dirinya dari Allah Azza wa Jalla yang ia takuti kemarahan dan kemurkaan-Nya, dengan melaksanakan amal ketaatan dan menjauhi larangan-Nya.


Nama : Nur Mega Alamsyah
NIM    : 1104591
Prodi   : Pendidikan Teknik Arsitektur
MK       : Kewirausahaan
Wirausaha Bengkel Motor (modifikasi)
Kebutuhan servis bagi sepeda motor menjadi kebutuhan rutin yang harus dilakukan oleh penggunanya. Tak ayal,bengkel motorpun tumbuh menjamur hingga kawasan daerah pelosok.
Bengkel Umum Lebih Banyak. Jumlah bengkel kemitraan memang kalah banyak, mengingat bengkel umum lebih gampang persyaratannya dan lebih mudah pendiriannya. Prospeknya akan tetap bagus karena penjualan motor juga meningkat tiap tahunnya hingga keberadaan bengkel resmi pun amat diperlukan .
Modal Usaha. Untuk membuka bengkel motor umum modalnya lebih kecil di bandingkan membuka bengkel kemitraan,sehingga paling cocok bagi pemula usaha ini. Usaha dimulai dari bengkel umum dengan modal Rp 20 juta. Dari modal sebesar itu Rp 5 juta di gunakan untuk membeli kompresor dan peralatan bengkel. Sisanya untuk stock sparepart dan aksesoris yang bersifat fast-moving sparepart.
Pemasaran. Untuk menarik minat konsumen datang ke bengkel motor bisa dilakuakn lewat pembagian brosur, pamphlet, dan servis gratis saat awal buka usaha. Bila bengkel sepi kemungkinan yang terjadi adalah salah pemetaan dalam memperhatikan permintaan ( jumlah motor ) di daerah tersebut atau lokasi yang kurang tepat. Sebaiknya di lingkungan perusahaan karena orang ingin dekat saat servis , jalan utama atau protocol atau jalan utama orang menuju kantor atau tempat kerjanya.
Keuntungan. Dari berbagi jenis bengkel tersebut, keuntungan servis terbesar adalah modifikasi misalnya modifikasi costum body bahan fiber dari motor bebek jadi motor Trail bisa mematok Rp 1,5-2 juta, padahal harga untuk pengerjaan hanya Rp 500 ribu atau keuntungan sekitar 67% . Hal ini karena hasil modifikasi tergantung kepuasan konsumen.
Kendala. Untuk tenaga mekanik yang handal masih menjadi kendala bagi pelaku usaha bengkel motor, juga bila ada konsumen yang complain, sehingga solusinya dengan mendengarkan keluhan konsumen dan bisa juga menerapkan system garansi dalam pengerjaan.

Menurut saya yang cocok untuk membuka usaha ini yaitu di jln.noenoeng tisna saputra kel. Kahuripan, kec. Tawang, kota. Tasikmalaya, karena disana belum ada usaha ini, saya yakin kalau dibuka disana pasti akan maju usaha ini dan sukses.  
Nama : Nur Mega Alamsyah
NIM    : 1104591
Prodi   : Pendidikan Teknik Arsitektur
MK       : Kewirausahaan
Wirausaha Bengkel Motor (modifikasi)
Kebutuhan servis bagi sepeda motor menjadi kebutuhan rutin yang harus dilakukan oleh penggunanya. Tak ayal,bengkel motorpun tumbuh menjamur hingga kawasan daerah pelosok.
Bengkel Umum Lebih Banyak. Jumlah bengkel kemitraan memang kalah banyak, mengingat bengkel umum lebih gampang persyaratannya dan lebih mudah pendiriannya. Prospeknya akan tetap bagus karena penjualan motor juga meningkat tiap tahunnya hingga keberadaan bengkel resmi pun amat diperlukan .
Modal Usaha. Untuk membuka bengkel motor umum modalnya lebih kecil di bandingkan membuka bengkel kemitraan,sehingga paling cocok bagi pemula usaha ini. Usaha dimulai dari bengkel umum dengan modal Rp 20 juta. Dari modal sebesar itu Rp 5 juta di gunakan untuk membeli kompresor dan peralatan bengkel. Sisanya untuk stock sparepart dan aksesoris yang bersifat fast-moving sparepart.
Pemasaran. Untuk menarik minat konsumen datang ke bengkel motor bisa dilakuakn lewat pembagian brosur, pamphlet, dan servis gratis saat awal buka usaha. Bila bengkel sepi kemungkinan yang terjadi adalah salah pemetaan dalam memperhatikan permintaan ( jumlah motor ) di daerah tersebut atau lokasi yang kurang tepat. Sebaiknya di lingkungan perusahaan karena orang ingin dekat saat servis , jalan utama atau protocol atau jalan utama orang menuju kantor atau tempat kerjanya.
Keuntungan. Dari berbagi jenis bengkel tersebut, keuntungan servis terbesar adalah modifikasi misalnya modifikasi costum body bahan fiber dari motor bebek jadi motor Trail bisa mematok Rp 1,5-2 juta, padahal harga untuk pengerjaan hanya Rp 500 ribu atau keuntungan sekitar 67% . Hal ini karena hasil modifikasi tergantung kepuasan konsumen.
Kendala. Untuk tenaga mekanik yang handal masih menjadi kendala bagi pelaku usaha bengkel motor, juga bila ada konsumen yang complain, sehingga solusinya dengan mendengarkan keluhan konsumen dan bisa juga menerapkan system garansi dalam pengerjaan.

Menurut saya yang cocok untuk membuka usaha ini yaitu di jln.noenoeng tisna saputra kel. Kahuripan, kec. Tawang, kota. Tasikmalaya, karena disana belum ada usaha ini, saya yakin kalau dibuka disana pasti akan maju usaha ini dan sukses.  

Minggu, 30 Juni 2013

Stragtegi Belajar Mengajar

Judul buku : Strategi Belajar Mengajar
Pengarang : Drs. Syaiful Bahri Djamarah & Drs. Aswan Zain
Penerbit : Rineka Cipta
Konsep Strategi Belajar Mengajar
A.     Pengertian
Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut:
1.       Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
2.       Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat
3.       Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan tekhnik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.
4.       Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau criteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
Ada 4 masalah pokok yang dijadikan pedoman buat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar agar berhasil sesuai dengan yang diharapkan yaitu :

1.       Spesifikasi dan kualifikasi tingkah laku yang bagaimana diinginkan sebagia hasil belajar mengajar yang dilakukan itu. Disini terlihat apa yang dijadikan sebagai sasaran dari kegiatan belajar mengajar. Sasaran yang dituju harus jelas dan terarah. Oleh karena itu tujuan pengajaran yang dirumuskan harus jelas dan konkret, sehingga mudah dipahami oleh anak didik.
2.       Memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran.
3.       Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan tekhnik belajar mengajar yang dianggap paling efektif.
4.       Menerapkan norma-norma atau criteria keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya.

B.      Klasifikasi Strategi Belajar Mengajar
                 Menurut Tabrani Rusyan dkk, terdapat berbagai masalah sehubungan dengan strategi belajar mengajar, yaitu :

1.       Konsep dasar strategi belajar mengajar

Konsep dasar ini meliputi :
a.        Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku
b.       Menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar
c.        Memilih prosedur, metode, dan tekhnik belajar mengajar
d.       Menerapkan norma dan criteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar
2.       Sasaran kegiatan belajar
Tujuan itu bertahap mulaia dari yang sangat operasional dan konkret, yaitu : tujuan Intruksional Khusus dan Tujuan Intruksional Umum, tujuan kurikuler, tujuan nasional, sampai kepada tujuan yang bersifat universal.
                Pada tingkat tujuan universal, manusia harus memiliki kualifikasi :
a.        Pengembangan bakat secara optimal
b.       Hubungan antarmanusia
c.        Efisiensi ekonomi
d.       Tanggung jawab selaku warga Negara

3.       Belajar mengajar sebagai suatu sistem
Selaku suatu sistem, belajar mengajar meliputi suatu komponen, antara lain : tujuan, bahan, siswa, guru, metode, situasi, dan evaluasi. Agar tujuan itu tercapai, semua komponen yang ada harus diorganisasikan sehingga antarsesama komponen terjadi kerja sama.
Berbagai persoalan yang biasa dihadapi oleh guru antara lain :
a.        Tujuan-tujuan apa yang mau dicapai
b.       Materi pelajaran apa yang diperlukan
c.        Metode, alat mana yang harus dipakai
d.       Prosedur apa yang akan ditempuh untuk melakukan evaluasi
Beberapa aspek pribadi anak didik yang harus dipahami oleh guru :
1.       Kecerdasan dan bakat khusus
2.       Prestasi sejak permulaan sekolah
3.       Perkembangan jasmani dan kesehatannya
4.       Kecenderungan emosi dan karakternya
5.       Sikap dan minat belajar
6.       Cita-cita
7.       Kebiasaan belajar dan bekerja
8.       Hobi dan penggunaan waktu senggang
9.       Hubungan social di sekolah dan di rumah
10.    Latar belakang keluarga
11.    Limgkungan tempat tinggal
12.    Sifat-sifat khusus dan kesulitan anak didik

4.       Hakikat proses belajar
Kegiatan belajar mengajar kesemuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru. Jadi , hakikat belajar adalah perubahan.
5.       Entering behavior siswa

Menurut Abin Syamsuddin, entering behavior akan dapat diidentifikasi dengan cara:
a.        Secara tradisional, dengan pertanyaan mengenai bahan yang diberikan sebelumnya sebelum menyajikan bahan baru.
b.       Secara Inovatif, dengan mengadakn pre-test sebelum mereku mulai mengikuti program belajar mengajar.
Gambaran tentang entering behavior siswa ialah siswa banyak menolong guru yang antara lain :
a.        Untuk mengetahui seberapa jauh kesamaan individual siswa dalam taraf kesiapannya,kematangan,serta tingkat penguasaan pengetahuan dan keterampilan dasar bagi penyajian bahan baku.
b.       Diketahuinya disposisi perilaku siswa tersebut akan dapat dipertimbangkan dan dipilih bahan, prosedur, metode, tekhnik serta alat bantu belajar mengajar.
c.        Dengan membandingkan nilai proses dengan nilai hasil pasca-test atau setelah menjalani program kegiatan belajar mengajar guru akan mendapat petunjuk seberapa jauh dan seberapa banyak perubahan perilaku itu telah menjadi dalam diri siswa.
Ada 3 dimensi dalam entering behavior siswa yang perlu diketahui oleh guru :
a.        Batas-batas ruang lingkup materi pengetahuan yang telah dimiliki dan diketahui siswa
b.       Tingkatan tahapan materi pengetahuan, terutama kawasan pola-pola sambutan atau kemampuan yang telah dimiliki siswa
c.        Kesiapan dan kematangan fumgsi-fungsi psikofisik
Sebelum merencanakan dan melaksanakan kegiatan belaja mengajar guru harus dapat menjawab pertanyaan :
a.         Sejauh mana batas-batas materi pengetahuan yang telah dikuasai dan diketahui oleh siswa yang diajar
b.       Tingkat dan tahap serta jenis kemampuan manakah yang telah dicapai dan dikuasai siswa yang bersangkutan
c.        Apakah siswa sudah cukup siap dan matang untuk menerima bahan dan pola-pola yang akan diajarkan
d.       Berapa jauh motivasi dan minat belajar yang dimiliki oleh siswa sebelu belajar dimulai
6.       Pola-pola belajar siswa
Robert M. Gagne membedakan pola-pola belajar siswa ke dalam 8 tipe, yaitu:
a.        Signal learning (belajar isyarat)
b.       Stimulus-response learning (belajar stimulasi-respons)
c.        Chaining (rantai atau rangkaian)
d.       Verbal association (asosiasi verbal)
e.       Discrimination learning (belajar kriminasi)
f.         Concept learning (belajar konsep)
g.        Rule learning (belajar aturan)
h.       Problem solving (memecahkan masalah)

7.       Memilih sistem belajar mengajar

Sistem pengajaran yang menarik perhatian akhir-akhir ini adalah :
a.       Enquiry-discovery Learning
Adalah belajar mencari dan menemukan sendiri dimana guru tidak menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk final tapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan menggunakan tekhnik pendekatan pemecahan masalah. Secara garis besar prosedurnya adalah demikian :
1.       Simulation
2.       Problem statement
3.       Data collection
4.       Data processing
5.       Generalization

b.       Ekspository Learning
Guru menyajikan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematis,dan lengkap sehingga anak didik tinggal menyimak dan mencernanya saja secara tertib dan teratur. Secara garis besar prosedurnya adalah ;
1.       Preparasi
2.       Apersepsi
3.       Presentasi
4.       Resitasi

c.        Mastery Learning
Menurut  Carol, setiap anak didik akan mampu menguasai bahan kalau diberikan waktu atau kesempatan yang cukup untuk mempelajarinya sesuai dengan kapasitas masing-masing anak didik. Dalam kegiatan mastery learning ini guru harus mengusahakan upaya-upaya yang dapat mengantarkan kegiatan anak didik kea rah tercapainya penguasaan penuh terhadap bahan pelajaran yang diberikan. Dalam hal ini, Dr. Suharsimi Arikunto (1988; 35) mengemukakan 2 buah kegiatan yaitu : pengayaan dan perbaikan. Secara garis besar kegiatan pengayaan dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
1.       Kegiatan pengayaan yang berhubungan dengan topic modul pokok
2.       Kegiatan pengayaan yang tidak berhubungan dengan topic modul pokok

d.       Humanistic Education
Kemampuan dasar kecerdasan para siswa sangat bervariasi secara individual. Guru hendaknya jangan membuat jarak terlalu tajam dengan siswa sebagai siswa senior yang selalu siap menjadi sumber atau konsultan yang berbicara.

8.       Pengorganisasian Kelompok Belajar
Disarankan pengorganisasian kelompok belajar anak didik sebagai berikut :
1. N 1. Pada situasi ekstrem kelompok itu mungkin hanya seorang
2 N 2-20. Untuk kelompok kecil ini sekitar 2 sampai 20 orang.
3. N lebih dari 40 orang.

9.       Pengelolaan atau implementasi proses belajar mengajar.
C.      Implementasi Belajar Mengajar
Job description guru dalam implementasi proses belajar mengajar adalah :
1.       Perencanaan intruksional
2.       Organisasi belajar yang merupakan usaha menciptakan wadah dan fasilitas-fasilitas atau lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan yang mengandung kemungkinan terciptanya proses belajar mengajar
3.       Menggerakan anak didik yang merupakan usaha memancing, membangkitkan dan mengarahkan motivasi belajar siswa.
4.       Supervise dan pengawasan
5.       Penelitian yang lebih bersifat penafsiran yang mengandung pengertian yang lebih luas dibanding dengan pengukuran atau evaluasi pendidikan.

Komponen-komponen untuk menganalisis proses pengelolaan belajar mengajar :
1.       Perencanaan
2.       Pengorganisasian
3.       Pengarahan
4.       Pengawasan
Dalam pengaturan ruang belajar perlu diperhatikan :
a.        Ukuran dan bentuk kelas
b.       Bentuk serta ukuran bangku dan meja siswa
c.        Jumlah siswa dalam kelas
d.       Jumlah siswa dalam tiap kelompok
e.       Jumlah kelompok dalam kelas
f.         Komposisi siswa dalam kelompok, yang pandai, yang kurang pandai, jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Dalam penyusunan anggota kelompok perlu pertimbangan antara lain :
a.        Kegiatan belajar apa yang akan dilaksanakan
b.       Siapa yang menyusun angota kelompok, guru, siswa atau guru siswa bersama-sama
c.        Atas dasar apa kelompok itu disusun
d.       Apakah kelompok itu selalu tetap atau berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan cara belajar.
Pengelompokan siswa dapat dibedakan ke dalam 3 jenis, yaitu :
a.        Menurut kesenangan berteman
b.       Menurut kemampuan
c.        Menurut minat
Proses belajar yang bermakna adalah proses belajar yang melibatkan berbagai aktivitas siswa. Untuk itu guru harus berupaya untuk mengaktifkan kegiatan tersebut dengan cara ;
a.        Melalui karyawisata
b.       Melalui seminar




HAKIKAT, CIRI, DAN KOMPONEN BELAJAR MENGAJAR

                Sebagai kegiatan yang bernilai edukatif, belajar mengajar mempunyai hakikat,cirri dan komponen. Ketiga aspek ini diuraikan pada pembahasan berikut :
A.     Hakikat Belajar Mengajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan sebagai objek dari kegiatan pengajaran. Mengajar bagi seorang guru menghendaki hadirnya sejumlah anak didik. Berbeda dengan belajar, belajar tidak selamanya memerlukan kehadiran seorang guru. Akhirnya, bila hakikat belajar adalah perubahan, maka hakikat belajar proses pengaturan yang dilakukan oleh guru.
B.      Ciri-Ciri Belajar Mengajar
Sebagai suatu proses pengaturan, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari cirri-ciri tertentu yang menurut Edi Suardi sebagai berikut :
1.       Belajar mengajar memiliki tujuan yakni membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu.
2.       Ada suatu prosedur yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3.       Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus.
4.       Ditandai dengan aktivitas anak didik.
5.       Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing.
6.       Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin
7.       Ada batas waktu.
8.       Evaluasi
C.       Komponen-Komponen Belajar Mengajar
Penjelasan dari komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut :
1.       Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Ny. Dr. Roestiyah, N.K (1989:44) mengatakan bahwa suatu tujuan pengajaran adalah sebuah deskripsi tentang penampilan perilaku murid-murid yang kita harapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan.
2.       Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Bahan pelajaran menurut Dr. Suharsimi Arikunto (1990)  merupakan unsur inti yang ada di dalam kegiatan belajar mengajar, karena memang bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik. Bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak didik akan memotivasi anak didik dalam jangka waktu tertentu.
3.       Kegiatan Belajar Mengajar
kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan yang melibatkan semua komponen  pengajaran untuk menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.
4.       Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditapkan.
5 faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar :
a.        Tujuan yang berbagai-bagai jenis dan fungsinya
b.       Anak didik yang berbagai-bagai tingkat kematangannya
c.        Situasi yang berbagai-bagai keadaannya
d.       Fasilitas yang berbagai-bagai kualitas dan kuantitasnya
e.       Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda
5.       Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran
6.       Sumber Pelajaran
Sumber belajar merupakan bahan/materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi pelajar.
7.       Evaluasi
Evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai sebagai sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan.

Tujuan umum dari evaluasi :
a.        Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam mencapai tujuan yang diharapkan
b.       Memungkinkan guru menilai aktivitas/pengalaman yang didapat
c.        Menilai metode mengajar yang dipergunakan
Tujuan khusus dari evaluasi :
a.        Merangsang kegiatan siswa
b.       Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan
c.        Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan
d.       Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan orang tua dan lembaga pendidikan
e.       Untuk memperbaiki mutu pelajaran/cara belajar dan metode mengajar. (Abu Ahmadi Widodo Supriyono, 1991:189)

Fungsi evaluasi adalah sebagai berikut :

a.        Unutk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar, serta mengadakan perbaikan program bagi murid.
b.       Untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil belajar dari tiap murid.
c.        Untuk menentukan murid di dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh murid.
f.         Untuk mengenal latar belakang (psikologis, fisik dan lingkungan ) murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar, nantinya dapat dipergunakan sebagai dasar dalam pemecahan kesulitan-kesulitan belajar yang timbul. (Abu Ahmadi Widodo Supriyono, 1991:189)