Minggu, 30 Juni 2013

Stragtegi Belajar Mengajar

Judul buku : Strategi Belajar Mengajar
Pengarang : Drs. Syaiful Bahri Djamarah & Drs. Aswan Zain
Penerbit : Rineka Cipta
Konsep Strategi Belajar Mengajar
A.     Pengertian
Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut:
1.       Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
2.       Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat
3.       Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan tekhnik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.
4.       Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau criteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
Ada 4 masalah pokok yang dijadikan pedoman buat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar agar berhasil sesuai dengan yang diharapkan yaitu :

1.       Spesifikasi dan kualifikasi tingkah laku yang bagaimana diinginkan sebagia hasil belajar mengajar yang dilakukan itu. Disini terlihat apa yang dijadikan sebagai sasaran dari kegiatan belajar mengajar. Sasaran yang dituju harus jelas dan terarah. Oleh karena itu tujuan pengajaran yang dirumuskan harus jelas dan konkret, sehingga mudah dipahami oleh anak didik.
2.       Memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran.
3.       Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan tekhnik belajar mengajar yang dianggap paling efektif.
4.       Menerapkan norma-norma atau criteria keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya.

B.      Klasifikasi Strategi Belajar Mengajar
                 Menurut Tabrani Rusyan dkk, terdapat berbagai masalah sehubungan dengan strategi belajar mengajar, yaitu :

1.       Konsep dasar strategi belajar mengajar

Konsep dasar ini meliputi :
a.        Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku
b.       Menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar
c.        Memilih prosedur, metode, dan tekhnik belajar mengajar
d.       Menerapkan norma dan criteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar
2.       Sasaran kegiatan belajar
Tujuan itu bertahap mulaia dari yang sangat operasional dan konkret, yaitu : tujuan Intruksional Khusus dan Tujuan Intruksional Umum, tujuan kurikuler, tujuan nasional, sampai kepada tujuan yang bersifat universal.
                Pada tingkat tujuan universal, manusia harus memiliki kualifikasi :
a.        Pengembangan bakat secara optimal
b.       Hubungan antarmanusia
c.        Efisiensi ekonomi
d.       Tanggung jawab selaku warga Negara

3.       Belajar mengajar sebagai suatu sistem
Selaku suatu sistem, belajar mengajar meliputi suatu komponen, antara lain : tujuan, bahan, siswa, guru, metode, situasi, dan evaluasi. Agar tujuan itu tercapai, semua komponen yang ada harus diorganisasikan sehingga antarsesama komponen terjadi kerja sama.
Berbagai persoalan yang biasa dihadapi oleh guru antara lain :
a.        Tujuan-tujuan apa yang mau dicapai
b.       Materi pelajaran apa yang diperlukan
c.        Metode, alat mana yang harus dipakai
d.       Prosedur apa yang akan ditempuh untuk melakukan evaluasi
Beberapa aspek pribadi anak didik yang harus dipahami oleh guru :
1.       Kecerdasan dan bakat khusus
2.       Prestasi sejak permulaan sekolah
3.       Perkembangan jasmani dan kesehatannya
4.       Kecenderungan emosi dan karakternya
5.       Sikap dan minat belajar
6.       Cita-cita
7.       Kebiasaan belajar dan bekerja
8.       Hobi dan penggunaan waktu senggang
9.       Hubungan social di sekolah dan di rumah
10.    Latar belakang keluarga
11.    Limgkungan tempat tinggal
12.    Sifat-sifat khusus dan kesulitan anak didik

4.       Hakikat proses belajar
Kegiatan belajar mengajar kesemuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru. Jadi , hakikat belajar adalah perubahan.
5.       Entering behavior siswa

Menurut Abin Syamsuddin, entering behavior akan dapat diidentifikasi dengan cara:
a.        Secara tradisional, dengan pertanyaan mengenai bahan yang diberikan sebelumnya sebelum menyajikan bahan baru.
b.       Secara Inovatif, dengan mengadakn pre-test sebelum mereku mulai mengikuti program belajar mengajar.
Gambaran tentang entering behavior siswa ialah siswa banyak menolong guru yang antara lain :
a.        Untuk mengetahui seberapa jauh kesamaan individual siswa dalam taraf kesiapannya,kematangan,serta tingkat penguasaan pengetahuan dan keterampilan dasar bagi penyajian bahan baku.
b.       Diketahuinya disposisi perilaku siswa tersebut akan dapat dipertimbangkan dan dipilih bahan, prosedur, metode, tekhnik serta alat bantu belajar mengajar.
c.        Dengan membandingkan nilai proses dengan nilai hasil pasca-test atau setelah menjalani program kegiatan belajar mengajar guru akan mendapat petunjuk seberapa jauh dan seberapa banyak perubahan perilaku itu telah menjadi dalam diri siswa.
Ada 3 dimensi dalam entering behavior siswa yang perlu diketahui oleh guru :
a.        Batas-batas ruang lingkup materi pengetahuan yang telah dimiliki dan diketahui siswa
b.       Tingkatan tahapan materi pengetahuan, terutama kawasan pola-pola sambutan atau kemampuan yang telah dimiliki siswa
c.        Kesiapan dan kematangan fumgsi-fungsi psikofisik
Sebelum merencanakan dan melaksanakan kegiatan belaja mengajar guru harus dapat menjawab pertanyaan :
a.         Sejauh mana batas-batas materi pengetahuan yang telah dikuasai dan diketahui oleh siswa yang diajar
b.       Tingkat dan tahap serta jenis kemampuan manakah yang telah dicapai dan dikuasai siswa yang bersangkutan
c.        Apakah siswa sudah cukup siap dan matang untuk menerima bahan dan pola-pola yang akan diajarkan
d.       Berapa jauh motivasi dan minat belajar yang dimiliki oleh siswa sebelu belajar dimulai
6.       Pola-pola belajar siswa
Robert M. Gagne membedakan pola-pola belajar siswa ke dalam 8 tipe, yaitu:
a.        Signal learning (belajar isyarat)
b.       Stimulus-response learning (belajar stimulasi-respons)
c.        Chaining (rantai atau rangkaian)
d.       Verbal association (asosiasi verbal)
e.       Discrimination learning (belajar kriminasi)
f.         Concept learning (belajar konsep)
g.        Rule learning (belajar aturan)
h.       Problem solving (memecahkan masalah)

7.       Memilih sistem belajar mengajar

Sistem pengajaran yang menarik perhatian akhir-akhir ini adalah :
a.       Enquiry-discovery Learning
Adalah belajar mencari dan menemukan sendiri dimana guru tidak menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk final tapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan menggunakan tekhnik pendekatan pemecahan masalah. Secara garis besar prosedurnya adalah demikian :
1.       Simulation
2.       Problem statement
3.       Data collection
4.       Data processing
5.       Generalization

b.       Ekspository Learning
Guru menyajikan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematis,dan lengkap sehingga anak didik tinggal menyimak dan mencernanya saja secara tertib dan teratur. Secara garis besar prosedurnya adalah ;
1.       Preparasi
2.       Apersepsi
3.       Presentasi
4.       Resitasi

c.        Mastery Learning
Menurut  Carol, setiap anak didik akan mampu menguasai bahan kalau diberikan waktu atau kesempatan yang cukup untuk mempelajarinya sesuai dengan kapasitas masing-masing anak didik. Dalam kegiatan mastery learning ini guru harus mengusahakan upaya-upaya yang dapat mengantarkan kegiatan anak didik kea rah tercapainya penguasaan penuh terhadap bahan pelajaran yang diberikan. Dalam hal ini, Dr. Suharsimi Arikunto (1988; 35) mengemukakan 2 buah kegiatan yaitu : pengayaan dan perbaikan. Secara garis besar kegiatan pengayaan dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
1.       Kegiatan pengayaan yang berhubungan dengan topic modul pokok
2.       Kegiatan pengayaan yang tidak berhubungan dengan topic modul pokok

d.       Humanistic Education
Kemampuan dasar kecerdasan para siswa sangat bervariasi secara individual. Guru hendaknya jangan membuat jarak terlalu tajam dengan siswa sebagai siswa senior yang selalu siap menjadi sumber atau konsultan yang berbicara.

8.       Pengorganisasian Kelompok Belajar
Disarankan pengorganisasian kelompok belajar anak didik sebagai berikut :
1. N 1. Pada situasi ekstrem kelompok itu mungkin hanya seorang
2 N 2-20. Untuk kelompok kecil ini sekitar 2 sampai 20 orang.
3. N lebih dari 40 orang.

9.       Pengelolaan atau implementasi proses belajar mengajar.
C.      Implementasi Belajar Mengajar
Job description guru dalam implementasi proses belajar mengajar adalah :
1.       Perencanaan intruksional
2.       Organisasi belajar yang merupakan usaha menciptakan wadah dan fasilitas-fasilitas atau lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan yang mengandung kemungkinan terciptanya proses belajar mengajar
3.       Menggerakan anak didik yang merupakan usaha memancing, membangkitkan dan mengarahkan motivasi belajar siswa.
4.       Supervise dan pengawasan
5.       Penelitian yang lebih bersifat penafsiran yang mengandung pengertian yang lebih luas dibanding dengan pengukuran atau evaluasi pendidikan.

Komponen-komponen untuk menganalisis proses pengelolaan belajar mengajar :
1.       Perencanaan
2.       Pengorganisasian
3.       Pengarahan
4.       Pengawasan
Dalam pengaturan ruang belajar perlu diperhatikan :
a.        Ukuran dan bentuk kelas
b.       Bentuk serta ukuran bangku dan meja siswa
c.        Jumlah siswa dalam kelas
d.       Jumlah siswa dalam tiap kelompok
e.       Jumlah kelompok dalam kelas
f.         Komposisi siswa dalam kelompok, yang pandai, yang kurang pandai, jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Dalam penyusunan anggota kelompok perlu pertimbangan antara lain :
a.        Kegiatan belajar apa yang akan dilaksanakan
b.       Siapa yang menyusun angota kelompok, guru, siswa atau guru siswa bersama-sama
c.        Atas dasar apa kelompok itu disusun
d.       Apakah kelompok itu selalu tetap atau berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan cara belajar.
Pengelompokan siswa dapat dibedakan ke dalam 3 jenis, yaitu :
a.        Menurut kesenangan berteman
b.       Menurut kemampuan
c.        Menurut minat
Proses belajar yang bermakna adalah proses belajar yang melibatkan berbagai aktivitas siswa. Untuk itu guru harus berupaya untuk mengaktifkan kegiatan tersebut dengan cara ;
a.        Melalui karyawisata
b.       Melalui seminar




HAKIKAT, CIRI, DAN KOMPONEN BELAJAR MENGAJAR

                Sebagai kegiatan yang bernilai edukatif, belajar mengajar mempunyai hakikat,cirri dan komponen. Ketiga aspek ini diuraikan pada pembahasan berikut :
A.     Hakikat Belajar Mengajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan sebagai objek dari kegiatan pengajaran. Mengajar bagi seorang guru menghendaki hadirnya sejumlah anak didik. Berbeda dengan belajar, belajar tidak selamanya memerlukan kehadiran seorang guru. Akhirnya, bila hakikat belajar adalah perubahan, maka hakikat belajar proses pengaturan yang dilakukan oleh guru.
B.      Ciri-Ciri Belajar Mengajar
Sebagai suatu proses pengaturan, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari cirri-ciri tertentu yang menurut Edi Suardi sebagai berikut :
1.       Belajar mengajar memiliki tujuan yakni membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu.
2.       Ada suatu prosedur yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3.       Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus.
4.       Ditandai dengan aktivitas anak didik.
5.       Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing.
6.       Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin
7.       Ada batas waktu.
8.       Evaluasi
C.       Komponen-Komponen Belajar Mengajar
Penjelasan dari komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut :
1.       Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Ny. Dr. Roestiyah, N.K (1989:44) mengatakan bahwa suatu tujuan pengajaran adalah sebuah deskripsi tentang penampilan perilaku murid-murid yang kita harapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan.
2.       Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Bahan pelajaran menurut Dr. Suharsimi Arikunto (1990)  merupakan unsur inti yang ada di dalam kegiatan belajar mengajar, karena memang bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik. Bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak didik akan memotivasi anak didik dalam jangka waktu tertentu.
3.       Kegiatan Belajar Mengajar
kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan yang melibatkan semua komponen  pengajaran untuk menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.
4.       Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditapkan.
5 faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar :
a.        Tujuan yang berbagai-bagai jenis dan fungsinya
b.       Anak didik yang berbagai-bagai tingkat kematangannya
c.        Situasi yang berbagai-bagai keadaannya
d.       Fasilitas yang berbagai-bagai kualitas dan kuantitasnya
e.       Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda
5.       Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran
6.       Sumber Pelajaran
Sumber belajar merupakan bahan/materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi pelajar.
7.       Evaluasi
Evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai sebagai sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan.

Tujuan umum dari evaluasi :
a.        Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam mencapai tujuan yang diharapkan
b.       Memungkinkan guru menilai aktivitas/pengalaman yang didapat
c.        Menilai metode mengajar yang dipergunakan
Tujuan khusus dari evaluasi :
a.        Merangsang kegiatan siswa
b.       Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan
c.        Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan
d.       Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan orang tua dan lembaga pendidikan
e.       Untuk memperbaiki mutu pelajaran/cara belajar dan metode mengajar. (Abu Ahmadi Widodo Supriyono, 1991:189)

Fungsi evaluasi adalah sebagai berikut :

a.        Unutk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar, serta mengadakan perbaikan program bagi murid.
b.       Untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil belajar dari tiap murid.
c.        Untuk menentukan murid di dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh murid.
f.         Untuk mengenal latar belakang (psikologis, fisik dan lingkungan ) murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar, nantinya dapat dipergunakan sebagai dasar dalam pemecahan kesulitan-kesulitan belajar yang timbul. (Abu Ahmadi Widodo Supriyono, 1991:189)


Jenis-Jenis Model Pembelajaran

Nama : Nur Mega Alamsyah
Nim    : 1104591
Prodi : pendidikan teknik arsitektur

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW
OLEH ; FADHLY. MP.d.I GURU MIN TL JAWA BATURAJA
1.Strategi Pembelajaran Kooperatif
Teori yeng melandasi pembelajaran kooperatif jigsaw adalah teori
konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori konstruktifisme dalam belajar
adalah suatu pendekatan di mana sisiwa secara individu menemukan dan
mentranseformasikan imformasi yang kompleks, memeriksa imformasi dengan aturan yang dan merivisinya bila perlu (soejadi dalam teti sobri,2006. 15).
Menurut Slavin (2007), pembelajaran kooperatif menggalakan siswa
berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Ini membolehkan poertukaran
ide dan pemeriksaaan ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah konstruktivisme. Dengan demikian, pendidikan hendaknya mampu
menggkondisikan dan memberikan dorongan untuk dapat mengoptimalkan dan
membangkitkan potensi siswa , menumbuhkan aktifitas dan daya cipta kreativitas
sehingga akan menjamin terjadinya dinamika di dalam proses pemebelajaran. Dalam teori konstruktivisme ini lebih mengutamakan pada pembelajaran siswa yang
dihadapkan masalah-masalah komplek untuk di cari solusinya, selanjutnya
menemukan bagian-bagian yang lebih sederhana dan keterampiulan yang diharapkan.
Model pembelajaran ini dikembangkan dari teori belajar konstruktivisme
yang lahir dari gagasan Piaget dan Vygotsky. Berdasarkan penelitian Piaget yang
12
pertama dikemukakan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak (Ratna,
1988: 181)
PEMBELAJARAN EFEKTIF
(PEMBELAJARAN KONTEKTUAL DAN BERFIKIR KRITIS)
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Adanya kebijakan peningkatan jaminan kualitas lulusan SLTP membawa
konsekuensi di bidang pendidikan, antara lain perubahan dari model pembelajaran yang
mengajarkan mata-mata pelajaran (subject matter based program) ke model
pembelajaran berbasis kompetensi (competencies based program). Model pembelajaran
berbasis kompetensi bermaksud menuntun proses pembelajaran secara langsung
berorientasi pada kompetensi atau satuan-satuan kemampuan. Pengajaran berbasis
kompetensi menuntut perubahan kemasan kurikulum, dari model lama berbentuk
silabus yang berisi uraian mata pelajaran yang harus diajar ke dalam kemasan yang
berbentuk paket-paket kompetensi. Hal ini membawa konsekuensi bahwa proses
pembelajaran harus berorientasi pada pembentukan seperangkat kompetensi sesuai
dengan tujuan yang diharapkan. Hal demikian menuntut kemampuan guru dalam
merancang model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik bidang kajian dan
karakteristik siswa agar mencapai hasil yang maksimal. Oleh kerana itu peran guru
dalam konteks pembelajaran menuntut perubahan, antara lain : (a) peranan guru
sebagai penyebar informasi semakin kecil, tetapi lebih banyak berfungsi sebagai
pembimbing, penasehat, dan pendorong, (b) peserta didik adalah individu-individu yang
kompleks, yang berarti bahwa mereka mempunyai perbedaan cara belajar sesuatu yang
berbeda pula, (c) proses belajar mengajar llebih ditekankan pada belajar daripada
mengajar (Laster, 1985).
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam mengimplementasikan pergeseran
peran guru dalam pembelajaran, yaitu :
a. Cara pandang guru terhadap siswa perlu diubah. Siswa bukan lagi sebagai
obyek pengajaran, tetapi siswa sebagai pelaku aktif dalam proses pembelajaran.
Dalam diri siswa terdapai berbagai potensi yang siap dikembangkan. Oleh
katena itu dalam konteks pembelajaran guru diharapkan mampu memberikan
dorongan kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang
dimilikinya.
b. Guru diharapkan mampu mengajarkan bagaimana siswa bisa berhubungan
dengan masalah yang dihadapi dan mengatasi persoalan yang muncul di
masyarakat. Antara lain dengan cara memberikan tantangan yang berupa
kasus-kasus yang sering terjadi di masyarakat yang terkait bidang studi. Melalui
kegiatan tersebut diharapkan siswa dapat mengembangkan potensi yang
2
dimilikinya, yang pada akhirnya dapat digunakan sebagai bekal kemandirian
dalam menghadapi berbagai tantangan di masyarakat. Bahkan lebih jauh lagi
diharapkan bisa ikut ambil bagian dalam mengembangkan potensi
masyarakatnya.
             PENGERTIAN STRATEGI, METODE DAN TEKNIK  BELAJAR MENGAJAR
Strategi belajar-mengajar adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa (Gerlach dan Ely). Strategi belajar-mengajar tidak hanya terbatas pada prosedur kegiatan, melainkan juga termasuk di dalamnya materi atau paket pengajarannya (Dick dan Carey). Strategi belajar-mengajar terdiri atas semua komponen materi pengajaran dan prosedur yang akan digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan pengajaran tertentu dengan kata lain strategi belajar-mengajar juga merupakan pemilihan jenis latihan tertentu yang cocok dengan tujuan yang akan dicapai (Gropper). Tiap tingkah laku yang harus dipelajari perlu dipraktekkan.
Menurut Gropper sesuai dengan Ely bahwa perlu adanya kaitan antara strategi belajar mengajar dengan tujuan pengajaran, agar diperoleh langkah-langkah kegiatan belajar-mengajar yang efektif dan efisien. Ia mengatakan bahwa strategi belajar-mengajar ialah suatu rencana untuk pencapaian tujuan. Strategi belajar-mengajar terdiri dari metode dan teknik (prosedur) yang akan menjamin siswa betul-betul akan mencapai tujuan, strategi lebih luas daripada metode atau teknik pengajaran.
Metode, adalah cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku baik bagi guru (metode mengajar) maupun bagi siswa (metode belajar). Makin baik metode yang dipakai, makin efektif pula pencapaian tujuan (Winamo Surakhmad)

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN IPS TERPADU
Oktober 29, 2008 — Dadan Wahidin

oleh : Ojim suryana
MODEL PEMBELAJARAN TERPADU
  Pengertian Pembelajaran Terpadu Pembelajaran terpadu merupakan suatu model pembelajaran yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan. Salah satu diantaranya adalah memadukan pokok bahasan atau sub pokok bahasan atau bidang studi, keterangan seperti ini disebut juga dengan kurikulum (DEPDIKBUD, 1990: 3), atau pengajaran lintas bidang studi (Maryanto, 1994: 3).
Secara umum pembelajaran terpadu pada prinsipnya terfokus pada pengembangan perkembangan kemampuat siswa secara optimal, oleh karena itu dibutuhkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran terpadu siswa dapat pengalaman langsung dalam proses belajarnya, hal ini dapat menambah daya kemampuan siswa semakin kuat tentang hal-hal yang dipelajarinya.
Pembelajaran terpadu juga suatu model pembelajaran yang dapat dikatakan sebagai pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna pada pembelajaran terpadu artinya, siswa akan memahami konsep-konep yang mereka pelajari itu melalui pengalaman langsung dan menghubungkan dengan konsep yang lain yang sudah mereka pahami.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Tim Pengembang D-2 PGSD dan S-2 Pendidikan Dasar (1997 : 17) yang mengatakan bahwa “ pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa”.
Pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik individu maupun kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik.
 


MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF
Rasional
Dalam pelaksanaan Kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi, guru dituntut memiliki kompetensi terutama dalam mengelola proses pembelajaran (PBM), karena itu untuk dapat mengantarkan siswa mencapai kompetensi yang diharapkan, guru harus mampu merancang dan mengelola kegiatan pembelajaran yang efektif.
Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan (Ditendik), kompetensi guru ada tiga, yaitu : (1) Penguasaan akademik, (2) Pengelolaan pembelajaran, dan (3) Pengembangan profesi.
Sehubungan dengan ketiga kompetensi guru tersebut, kondisi di lapang-an saat ini menunjukkan, bahwa kompetensi guru belum merata dan bervariasi pada semua jenjang dan tingkat sekolah. Akibatnya, tingkat efektivitas dan ketercapaian tujuan proses pembelajaran siswa bervariasi pula.
Dalam proses pembelajaran, guru berperan sebagai fasilitator harus memahami teori-teori belajar, teori-teori pedagogik dan teknik-teknik pembela-jaran.  Sehingga guru mampu merancang dan melaksanakan PBM secara efektif dan efisien, interaktif dan menyenangkan.
Metode dan strategi pembelajaran telah berkembang dengan pesat dan revolusioner untuk menjawab tantangan dan mengantisipasi tuntutan perkem-bangan sosial, ekonomi dan teknologi informasi yang telah meng-global.
MODEL PEMBELAJARAN IPS TERPADU BERBASIS TIK
Pendahuluan
Kegiatan pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan yang menunjukkan interaksi antara siswa dan guru. Interaksi yang dibangun dalam kegiatan ini adalah interaksi yang bersifat dua arah dan menempatkan siswa bukan sebagai objek belajar tetapi sebagai subjek belajar. Kedudukan siswa sebagai subjek belajar berarti siswa merupakan individu yang aktif, bukan yang pasif, yang hanya menerima apa yang diberikan oleh guru. Dalam model pembelajaran ini siswa dituntut untuk banyak melakukan aktivitas sesuai dengan tema yang dikembangkan dalam materi pembelajaran. Siswa dituntut untuk menemukan konsep-konsep penting yang dikembangkan dalam tema materi pembelajaran atau melakukan inquiri. Guru hanya berperan sebagai fasilitator untuk mengantarkan siswa hingga menemukan konsep-konsep tersebut.

Proses inquiri yang dilakukan oleh siswa harus didukung oleh media dan sumber belajar yang digunakan oleh guru. Media dan sumber belajar tidak hanya terpaku pada buku teks yang dijadikan pegangan oleh guru. Apabila hal ini dilakukan informasi materi pembelajaran sangat terbatas. Sumber materi yang terbatas, akan sulit untuk mengembangkan tema. Hal yang ideal adalah media dan sumber belajar harus memberikan kemudahan bagi siswa dalam memperoleh materi yang nantinya dapat dikembangkan dalam tema pembelajaran. Salah satu media dan sumber materi yang bisa dikembangkan adalah melalui teknologi informasi dan komunikasi (TIK).