Nama : Nur Mega Alamsyah
Nim :
1104591
Prodi : pendidikan teknik
arsitektur
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TEKNIK JIGSAW
OLEH ; FADHLY. MP.d.I GURU MIN TL
JAWA BATURAJA
1.Strategi Pembelajaran Kooperatif
Teori yeng melandasi pembelajaran
kooperatif jigsaw adalah teori
konstruktivisme. Pada dasarnya
pendekatan teori konstruktifisme dalam belajar
adalah suatu pendekatan di mana sisiwa
secara individu menemukan dan
mentranseformasikan imformasi yang
kompleks, memeriksa imformasi dengan aturan yang dan merivisinya bila perlu
(soejadi dalam teti sobri,2006. 15).
Menurut Slavin (2007), pembelajaran
kooperatif menggalakan siswa
berinteraksi secara aktif dan positif
dalam kelompok. Ini membolehkan poertukaran
ide dan pemeriksaaan ide sendiri dalam
suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah konstruktivisme. Dengan
demikian, pendidikan hendaknya mampu
menggkondisikan dan memberikan dorongan
untuk dapat mengoptimalkan dan
membangkitkan potensi siswa ,
menumbuhkan aktifitas dan daya cipta kreativitas
sehingga akan menjamin terjadinya
dinamika di dalam proses pemebelajaran. Dalam teori konstruktivisme ini lebih
mengutamakan pada pembelajaran siswa yang
dihadapkan masalah-masalah komplek
untuk di cari solusinya, selanjutnya
menemukan bagian-bagian yang lebih
sederhana dan keterampiulan yang diharapkan.
Model pembelajaran ini dikembangkan
dari teori belajar konstruktivisme
yang lahir dari gagasan Piaget dan
Vygotsky. Berdasarkan penelitian Piaget yang
12
pertama dikemukakan bahwa pengetahuan
itu dibangun dalam pikiran anak (Ratna,
1988: 181)
PEMBELAJARAN EFEKTIF
(PEMBELAJARAN KONTEKTUAL DAN BERFIKIR
KRITIS)
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Adanya
kebijakan peningkatan jaminan kualitas lulusan SLTP membawa
konsekuensi
di bidang pendidikan, antara lain perubahan dari model pembelajaran yang
mengajarkan
mata-mata pelajaran (subject matter based program) ke model
pembelajaran
berbasis kompetensi (competencies based program). Model pembelajaran
berbasis
kompetensi bermaksud menuntun proses pembelajaran secara langsung
berorientasi
pada kompetensi atau satuan-satuan kemampuan. Pengajaran berbasis
kompetensi
menuntut perubahan kemasan kurikulum, dari model lama berbentuk
silabus
yang berisi uraian mata pelajaran yang harus diajar ke dalam kemasan yang
berbentuk
paket-paket kompetensi. Hal ini membawa konsekuensi bahwa proses
pembelajaran
harus berorientasi pada pembentukan seperangkat kompetensi sesuai
dengan
tujuan yang diharapkan. Hal demikian menuntut kemampuan guru dalam
merancang
model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik bidang kajian dan
karakteristik
siswa agar mencapai hasil yang maksimal. Oleh kerana itu peran guru
dalam
konteks pembelajaran menuntut perubahan, antara lain : (a) peranan guru
sebagai
penyebar informasi semakin kecil, tetapi lebih banyak berfungsi sebagai
pembimbing,
penasehat, dan pendorong, (b) peserta didik adalah individu-individu yang
kompleks,
yang berarti bahwa mereka mempunyai perbedaan cara belajar sesuatu yang
berbeda
pula, (c) proses belajar mengajar llebih ditekankan pada belajar daripada
mengajar
(Laster, 1985).
Ada
dua hal yang perlu diperhatikan dalam mengimplementasikan pergeseran
peran
guru dalam pembelajaran, yaitu :
a.
Cara pandang guru terhadap siswa perlu diubah. Siswa bukan lagi sebagai
obyek
pengajaran, tetapi siswa sebagai pelaku aktif dalam proses pembelajaran.
Dalam
diri siswa terdapai berbagai potensi yang siap dikembangkan. Oleh
katena
itu dalam konteks pembelajaran guru diharapkan mampu memberikan
dorongan
kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang
dimilikinya.
b.
Guru diharapkan mampu mengajarkan bagaimana siswa bisa berhubungan
dengan
masalah yang dihadapi dan mengatasi persoalan yang muncul di
masyarakat.
Antara lain dengan cara memberikan tantangan yang berupa
kasus-kasus
yang sering terjadi di masyarakat yang terkait bidang studi. Melalui
kegiatan
tersebut diharapkan siswa dapat mengembangkan potensi yang
2
dimilikinya,
yang pada akhirnya dapat digunakan sebagai bekal kemandirian
dalam
menghadapi berbagai tantangan di masyarakat. Bahkan lebih jauh lagi
diharapkan
bisa ikut ambil bagian dalam mengembangkan potensi
masyarakatnya.
PENGERTIAN STRATEGI, METODE DAN
TEKNIK BELAJAR MENGAJAR
Strategi belajar-mengajar adalah cara-cara yang dipilih
untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang
meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman
belajar kepada siswa (Gerlach dan Ely). Strategi belajar-mengajar tidak
hanya terbatas pada prosedur kegiatan, melainkan juga termasuk di dalamnya
materi atau paket pengajarannya (Dick dan Carey). Strategi
belajar-mengajar terdiri atas semua komponen materi pengajaran dan prosedur
yang akan digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan pengajaran tertentu
dengan kata lain strategi belajar-mengajar juga merupakan pemilihan jenis
latihan tertentu yang cocok dengan tujuan yang akan dicapai (Gropper).
Tiap tingkah laku yang harus dipelajari perlu dipraktekkan.
Menurut Gropper sesuai dengan Ely bahwa perlu adanya kaitan
antara strategi belajar mengajar dengan tujuan pengajaran, agar diperoleh
langkah-langkah kegiatan belajar-mengajar yang efektif dan efisien. Ia
mengatakan bahwa strategi belajar-mengajar ialah suatu rencana untuk pencapaian
tujuan. Strategi belajar-mengajar terdiri dari metode dan teknik (prosedur)
yang akan menjamin siswa betul-betul akan mencapai tujuan, strategi lebih luas
daripada metode atau teknik pengajaran.
Metode, adalah cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat
untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku baik bagi guru (metode mengajar)
maupun bagi siswa (metode belajar). Makin baik metode yang dipakai, makin
efektif pula pencapaian tujuan (Winamo Surakhmad)
MODEL-MODEL
PEMBELAJARAN IPS TERPADU
Oktober 29, 2008 — Dadan Wahidin
oleh : Ojim suryana
MODEL PEMBELAJARAN TERPADU
MODEL PEMBELAJARAN TERPADU
Pengertian
Pembelajaran Terpadu Pembelajaran terpadu merupakan suatu model pembelajaran
yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan. Salah satu diantaranya adalah
memadukan pokok bahasan atau sub pokok bahasan atau bidang studi, keterangan
seperti ini disebut juga dengan kurikulum (DEPDIKBUD, 1990: 3), atau pengajaran
lintas bidang studi (Maryanto, 1994: 3).
Secara umum pembelajaran terpadu pada prinsipnya terfokus pada pengembangan perkembangan kemampuat siswa secara optimal, oleh karena itu dibutuhkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran terpadu siswa dapat pengalaman langsung dalam proses belajarnya, hal ini dapat menambah daya kemampuan siswa semakin kuat tentang hal-hal yang dipelajarinya.
Pembelajaran terpadu juga suatu model pembelajaran yang dapat dikatakan sebagai pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna pada pembelajaran terpadu artinya, siswa akan memahami konsep-konep yang mereka pelajari itu melalui pengalaman langsung dan menghubungkan dengan konsep yang lain yang sudah mereka pahami.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Tim Pengembang D-2 PGSD dan S-2 Pendidikan Dasar (1997 : 17) yang mengatakan bahwa “ pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa”.
Pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik individu maupun kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik.
Secara umum pembelajaran terpadu pada prinsipnya terfokus pada pengembangan perkembangan kemampuat siswa secara optimal, oleh karena itu dibutuhkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran terpadu siswa dapat pengalaman langsung dalam proses belajarnya, hal ini dapat menambah daya kemampuan siswa semakin kuat tentang hal-hal yang dipelajarinya.
Pembelajaran terpadu juga suatu model pembelajaran yang dapat dikatakan sebagai pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna pada pembelajaran terpadu artinya, siswa akan memahami konsep-konep yang mereka pelajari itu melalui pengalaman langsung dan menghubungkan dengan konsep yang lain yang sudah mereka pahami.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Tim Pengembang D-2 PGSD dan S-2 Pendidikan Dasar (1997 : 17) yang mengatakan bahwa “ pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa”.
Pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik individu maupun kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik.
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF
Rasional
Dalam
pelaksanaan Kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi, guru dituntut memiliki
kompetensi terutama dalam mengelola proses pembelajaran (PBM), karena itu untuk
dapat mengantarkan siswa mencapai kompetensi yang diharapkan, guru harus mampu
merancang dan mengelola kegiatan pembelajaran yang efektif.
Menurut
Direktorat Tenaga Kependidikan (Ditendik), kompetensi guru ada tiga, yaitu :
(1) Penguasaan akademik, (2) Pengelolaan pembelajaran, dan (3) Pengembangan
profesi.
Sehubungan
dengan ketiga kompetensi guru tersebut, kondisi di lapang-an saat ini
menunjukkan, bahwa kompetensi guru belum merata dan bervariasi pada semua
jenjang dan tingkat sekolah. Akibatnya, tingkat efektivitas dan ketercapaian
tujuan proses pembelajaran siswa bervariasi pula.
Dalam
proses pembelajaran, guru berperan sebagai fasilitator harus memahami
teori-teori belajar, teori-teori pedagogik dan teknik-teknik
pembela-jaran. Sehingga guru mampu merancang dan melaksanakan PBM secara
efektif dan efisien, interaktif dan menyenangkan.
Metode
dan strategi pembelajaran telah berkembang dengan pesat dan revolusioner untuk
menjawab tantangan dan mengantisipasi tuntutan perkem-bangan sosial, ekonomi
dan teknologi informasi yang telah meng-global.
MODEL PEMBELAJARAN IPS TERPADU BERBASIS TIK
Pendahuluan
Kegiatan pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan yang menunjukkan interaksi antara siswa dan guru. Interaksi yang dibangun dalam kegiatan ini adalah interaksi yang bersifat dua arah dan menempatkan siswa bukan sebagai objek belajar tetapi sebagai subjek belajar. Kedudukan siswa sebagai subjek belajar berarti siswa merupakan individu yang aktif, bukan yang pasif, yang hanya menerima apa yang diberikan oleh guru. Dalam model pembelajaran ini siswa dituntut untuk banyak melakukan aktivitas sesuai dengan tema yang dikembangkan dalam materi pembelajaran. Siswa dituntut untuk menemukan konsep-konsep penting yang dikembangkan dalam tema materi pembelajaran atau melakukan inquiri. Guru hanya berperan sebagai fasilitator untuk mengantarkan siswa hingga menemukan konsep-konsep tersebut.
Proses inquiri yang dilakukan oleh siswa harus didukung oleh media dan sumber belajar yang digunakan oleh guru. Media dan sumber belajar tidak hanya terpaku pada buku teks yang dijadikan pegangan oleh guru. Apabila hal ini dilakukan informasi materi pembelajaran sangat terbatas. Sumber materi yang terbatas, akan sulit untuk mengembangkan tema. Hal yang ideal adalah media dan sumber belajar harus memberikan kemudahan bagi siswa dalam memperoleh materi yang nantinya dapat dikembangkan dalam tema pembelajaran. Salah satu media dan sumber materi yang bisa dikembangkan adalah melalui teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Kegiatan pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan yang menunjukkan interaksi antara siswa dan guru. Interaksi yang dibangun dalam kegiatan ini adalah interaksi yang bersifat dua arah dan menempatkan siswa bukan sebagai objek belajar tetapi sebagai subjek belajar. Kedudukan siswa sebagai subjek belajar berarti siswa merupakan individu yang aktif, bukan yang pasif, yang hanya menerima apa yang diberikan oleh guru. Dalam model pembelajaran ini siswa dituntut untuk banyak melakukan aktivitas sesuai dengan tema yang dikembangkan dalam materi pembelajaran. Siswa dituntut untuk menemukan konsep-konsep penting yang dikembangkan dalam tema materi pembelajaran atau melakukan inquiri. Guru hanya berperan sebagai fasilitator untuk mengantarkan siswa hingga menemukan konsep-konsep tersebut.
Proses inquiri yang dilakukan oleh siswa harus didukung oleh media dan sumber belajar yang digunakan oleh guru. Media dan sumber belajar tidak hanya terpaku pada buku teks yang dijadikan pegangan oleh guru. Apabila hal ini dilakukan informasi materi pembelajaran sangat terbatas. Sumber materi yang terbatas, akan sulit untuk mengembangkan tema. Hal yang ideal adalah media dan sumber belajar harus memberikan kemudahan bagi siswa dalam memperoleh materi yang nantinya dapat dikembangkan dalam tema pembelajaran. Salah satu media dan sumber materi yang bisa dikembangkan adalah melalui teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar